Minggu, 07 Desember 2014

Bersama Pelacur Manado


KOTA Manado merupakan salah satu kota religius. Begitu sepintas kalau orang baru atau tamu dari luar Manado datang ke kota yang di kenal dengan 4B itu, yakni Bubur, Bunaken, Boulevard dan Bibir. Tapi membahas 4 B tersebut tentu paling asyik pada kata terakhir Bibir. Namun saat ini kita kembali lagi pada kata kota religius. Kenapa religius ? Karena hampir disetiap jalan yang ada sejauh mata memandang selalu ada tempat-tempat ibadah.

Sejak beberapa tahun ini, Kota Manado menjadi kota yang cukup sibuk dengan berbagai iven nasional maupun internasional. Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan hotel begitu maraknya. Tapi siapa sangka kota religius itu kini berubah menjadi "kota bergairah".

Tak heran membahas 4B pada kata terakhir yakni bibir, begitu bergairah pula. Bibir disini identik dengan perempuan Manado yang doyan makan, doyan bercakap-cakap dan doyan pada kehidupan malam atau bisnis esek-esek. Bicara cewek Manado, tentu identik dengan kehidupan seks bebas kota ini. Cewek Manado yang putih mulus dan berwajah cantik-cantik menjadi komoditas seks yang begitu menggiurkan bagi para lelaki penikmat cinta sesaat.

Bercerita seputar kehidupan malam di Manado, tentu tak lepas dari bisnis esek-esek tersebut. Bisnis pelacuran di Manado berjalan bersama dengan perkembangan kota ini. Ada ratusan tempat pijat yang beroperasi dengan bisnis esek-esek di dalamnya. Ada pula diskotik dari kelas atas sampai kelas kambing remang-remang lainnya, tersebar di sudut kota Manado.

Teringat dikala saya membawa seorang reporter koran ternama di Manado 0 untuk investigasi bisnis pelacuran Manado. Saat itu kami mengarah kebilangan Malalayang ke salah satu tempat yang disebut Kowloon. Untuk ke lokasi pelacuran, kita harus melewati rumah ibadah, yakni tak jauh dari Gereja yang jaraknya memang begitu dekatnya.

Kami waktu itu menggunakan mobil berkaca gelap. Setelah di lokasi kami parkir di sudut bersamaan dengan kendaraan lainnya yang ada di tempat pelacuran tersebut. Awalnya kita disambut sang germo bernama Audy yang biasa disapa "papi" ini. Dengan alasan mencari seorang teman di diskotik Kowloon, Audy tak menaruh curiga kepada kami. Maklumlah, bisnis esek-esek di tempat ini transaksinya hanya ditempat parkir halaman salah satu hotel disana yang juga ada diskotiknya.

Mudah ditebak, beberapa saat kemudian ada kendaraan lainnya yang masuk dan disambut hal yang sama oleh Audy. Dengan isyarat tertentu, lantas bermunculan gadis-gadis nan seksi dari balik mobil lainnya di tempat itu. Yah, gadis-gadis yang berumur variasi antara 19 sampai 25 tahun itu memang menunggu tamu malamnya di mobil mereka masing-masing.

Setelah deal harga yang ditawarkan yakni dari Rp750 ribu sampai Rp 1 juta, gadis pilihan sudah bisa dibawa untuk dicumbui, baik di hotel setempat dengan harga Rp 130 ribu, maupun di bawa ke hotel di luar tempat tersebut.

Wanita-wanita yang cantik-cantik dan putih mulus tersebut dengan latar belakang berbeda. Mereka dari yang masih sekolah SMA sampai mahasiswa, ada di tempat itu. Mahasiswa atau anak sekolahan biasanya sudah menjadi piaraan bos-bos dari luar kota. Saat melacur, biasanya majikan mereka lagi di luar kota. Sisa lainnya memang mereka yang berprofesi sebagai pelacur tetap di tempat tersebut. Bagaimana pingin mencoba ? Ah.. harus selektif dan berhati-hati, sebab kasus HIV-AIDS di Manado sudah begitu banyak. Hal inipun seperti fenomena gunung es, yang terlihat hanya ujungnya saja, tetapi dibalik itu ada penderita lainnya yang terus menyebarkan penyakit tersebut. Jika dahaga sudah tak tertahankan, dan pingin mencoba bibir Manado, tak ada salahnya memakai permen karet.





1 komentar: